Bagi teman-teman kelas xi yang beragama islam dan mendapat tugas untuk berkhutbah berikut dapat digunakan sebagai referensi:
Khutbah Pertama
Hadirin sholat jum’at yang kami
hormati.
Hiruk pikuk kehidupan manusia dengan segala aktifitas yang terus bergulir tanpa henti adalah yang sering menimbulkan hambatan yang melahirkan berbagai macam problema dan permasalahan bagi manusia di muka bumi ini, dan kadang pada akhirnya menimbulkan perasaan yang tidak tenang, ada yang terasa sempit dan menyebabkan seseorang hilang rasa tenang dan bahagia di dalam kehidupannya.
Hiruk pikuk kehidupan manusia dengan segala aktifitas yang terus bergulir tanpa henti adalah yang sering menimbulkan hambatan yang melahirkan berbagai macam problema dan permasalahan bagi manusia di muka bumi ini, dan kadang pada akhirnya menimbulkan perasaan yang tidak tenang, ada yang terasa sempit dan menyebabkan seseorang hilang rasa tenang dan bahagia di dalam kehidupannya.
Karena itulah kelapangan dada dan
ketenangan hati merupakan salah satu nikmat dan merupakan dambaan setiap insan
yang ingin hidup di dunia dalam keadaaan baik dan penuh anugrah serta
kebarokahan dari Allah.
Sungguh di dalam syriat islam telah
diterangkan oleh Allah sebab-sebab yang menyebabkan seorang hamba memiliki hati
yang lapang dan bersinar dan akhirnya dada seorang hamba menjadi lapang, sunguh
Allah telah menyebutkan hal ini sebagai nikmat yang besar yang Allah ingatkan
kepada NabiNya bahwa itu adalah anugrah dan nikmat yang diberikan
kepadanya,Allah berfirman:
أَلَمْ نَشْرَحْ لَكَ صَدْرَكَ
“Bukankah aku telah melapangkan
dadamu(wahai rosul/muhamad)” (QS. Al insyiroh:1)
Yaitu bukankah Kami telah membuat di
dalamnya lapang, terus bercahaya dan bersinar penuh dengan ketenangan dan
kesejukan dan ini adalah nikmat yang sangat agung dan luar biasa karena
pentingnya nikmat ini dalam kehidupan, bahkan ini adalah permohonan Nabi Musa
kepada Allah setelah beliau diangkat menjadi rosul yang diutus menuju Fir’aun,
beliau berdoa yang diterangkan dalam surat Thaha:
قَالَ رَبِّ اشْرَحْ لِي صَدْرِي (25) وَيَسِّرْ لِي أَمْرِي (26
“Wahai tuhanku, lapangkanlah dadaku
dan jadikanlah perkaraku menjadi mudah”
Maka kita bisa memahami besarnya
nikmat ini, dan Alqur’an serta Sunah menjelaskan sejumlah sebab yang
mengantarkan hamba kedalam ketenangan hati kelapangannya dan bersinarnya hati
tersebut, diantaranya Allah berfirman:
أَفَمَن شَرَحَ اللَّهُ صَدْرَهُ لِلإِسْلامِ فَهُوَ عَلَى نُورٍ مِّن رَّبِّه
“Bukankah seseorang yang yang
hatinya lapang di dalam menerima islam maka hati itu terus menerus berada dalam
cahaya dari robbnya.” (QS. Zumar: 22)
Juga firmanNya:
فَمَن يُرِدِ اللَّهُ أَن يَهْدِيَهُ يَشْرَحْ صَدْرَهُ لِلإِسْلاَمِ وَمَن يُرِدْ أَن يُضِلَّهُ يَجْعَلْ صَدْرَهُ ضَيِّقًا حَرَجًا كَأَنَّمَا يَصَّعَّدُ فِي السَّمَاء كَذَلِكَ يَجْعَلُ اللَّهُ الرِّجْسَ عَلَى الَّذِينَ لاَ يُؤْمِنُون
“Barang siapa yang dikehendaki Allah
mendapat petunjuk maka Allah melapangkan dadanya menerima islam, dan barang
siapa yang Allah kehendaki kesesatan maka Allah akan menjadilkan hatinya berat
dan sempit seakan-akan seolah dia mendaki langit, dan demikianlah Allah
menjadikan kehinaan kepada orang-orang yang tidak beriman.” (QS.
Al-An’am: 125)
Maka keimanan adalah
sebab yang dengannya hati seseorang hamba menjadi lapang dan bersinar, kalau Ia
beriman dengan keimanan yang yang benar kepada Allah, beriman akan adanya
Allah, RububiyahNya, UluhiyahNya, nama-nama dan sifat-sifatNya dan beriman pula
kepada para rasulNya, kitab-kitabNya,para nabiNya dan hari akhir dan juga pada
takdir berupa takdir buruk atau jelek dan dia menjaga keimanannya di atas tauhid.
Allah berfirman:
Allah berfirman:
قُلْ إِنَّ صَلاَتِي وَنُسُكِي وَمَحْيَايَ وَمَمَاتِي لِلّهِ رَبِّ الْعَالَمِينَ
“katakan, sesungguhnya sholatku
ibadahku,hidupku dan matiku semuanya milik Allah penguasa alam semesta” (Q.s:
Al an’am 162)
Menunjukan bahwasanya kebahagiaan
ialah ketika hati hanya terfokus kepada Yang Maha satu Dialah Allah pencipta
langit dan bumi, maka dengan keimanan padanya akan tercipta ketengan dan
ketentraman dan kesejukan, cahaya sekaligus petunjuk yang senantiasa menerangi
kehidupannya.
Allah berfirman:
Allah berfirman:
الَّذِينَ آمَنُواْ وَلَمْ يَلْبِسُواْ إِيمَانَهُم بِظُلْمٍ أُوْلَئِكَ لَهُمُ الأَمْنُ وَهُم مُّهْتَدُونَ
“Orang-orang yang beriman dan tidak
mencampur keimanannya dengan kedholiman maka mereka akan mendapat ketenangan
dan dia termasuk orang-orang yang mendapatkan petunjuk.” (Q.s
Al-An’am: 82)
Kedholiman di sini berarti
kesyirikan dan telah sah keterangan dari rosulullah tentangnya.
Dari sini kita memahami bahwasanya
kesyirikan menyebabkan ketidak amanan dalam kehidupan dunia, dengan kesyirikan
kehidupan hamba akan tidak terarah, serta akan menghancurkan,sekaligus menodai
sehingga menyebabkan hati menjadi sempit walaupun mungkin berenang dalam lautan
kemewahan dunia. Sedang bahaya syirik di akhirat menyebabkan pelakunya
kekal di neraka.
Keamanan di sini yaitu mereka
mendapatkan di dunia dan di akhirat, keamanan di dalam tubuh, keamanan di dalam
keluarga dan segala sesuatu yang ia ingin mendapatkan keamanannya di dalamnya,
keamanan yang menyebabkan dia akan selamat dari berbagai gangguan dan bahaya
yang datang dari manusia atau selainnya.
Dia mendapat pentunjuk di dunia dan
di akhirat,di dunia Allah menunjukan kepada kebahagian,dia bisa menetapi jalan
yang benar dan di akhirat dia ditunjukan jalan yang menuju kebahagian abadi
yaitu Al-Jannah.
Namun sebaliknya siapa yang menodai
kehidupannya dengan kesyirikan, menyembah selain Allah, ia memohon kepada
selain Allah, datang ke kuburan meminta hajat, datang ke tempat yang keramat
atau melempar sesajian ke lautan atau melakukan bentuk kesyirikan dengan berdoa
selain Allah, menyembelih untuk selain Allah, bernadzar untuk selain Allah,
bernadzar kepada selain Allah dan bentuk kesyirikan yang lain, maka dengan
kesyirikan hamba akan sempit hatinya, di liput dengan duka, dan malapetaka,
Allah berfirman:
وَمَن يُشْرِكْ بِاللَّهِ فَكَأَنَّمَا خَرَّ مِنَ السَّمَاء فَتَخْطَفُهُ الطَّيْرُ أَوْ تَهْوِي بِهِ الرِّيحُ فِي مَكَانٍ سَحِيقٍ
“Barang siapa yang berbuat
kesyirikan maka seolah dia jatuh dari langit, maka burung menyambarnya atau
tertiup angin, maka dia terhempas ke tempat yang sangat jauh.” (Q.s
Al-Hajj 31)
Bahkan dengan kesyirikan dia akan
mendapatkan kehancuran, dengan adanya syirik akan tersebar bahaya yang
senantiasa mengintai kepada dirinya bahkan masyarakat, Negara, bahkan seluruh
manusia, Allah mengingatkan dalam firmanNya:
وَقَالُوا اتَّخَذَ الرَّحْمَنُ وَلَدًا لَقَدْ جِئْتُمْ شَيْئًا إِدًّا تَكَادُ السَّمَاوَاتُ يَتَفَطَّرْنَ مِنْهُ وَتَنشَقُّ الأَرْضُ وَتَخِرُّ الْجِبَالُ هَدًّا أَن دَعَوْا لِلرَّحْمَنِ وَلَدًا وَمَا يَنبَغِي لِلرَّحْمَنِ أَن يَتَّخِذَ وَلَدًا
“Mereka mengatkan bahwa Allah yang
maha penyayang memiliki anak, sungguh kalian telah melakukan sesuatu yang
sangat mungkar, maka hampir saja langit pecah, bumi terbelah dan gunung hampir
runtuh ketika mereka mengatkan Allah punya anak, dan tidaklah Allah yang
penyayang memiliki anak.” (Q.s: Maryam: 88-92)
Kemudian Allah mensucikan diriNya:
إِن كُلُّ مَن فِي السَّمَاوَاتِ وَالأَرْضِ إِلاَّ آتِي الرَّحْمَنِ عَبْدًا لَقَدْ أَحْصَاهُمْ وَعَدَّهُمْ عَدًّا وَكُلُّهُمْ آتِيهِ يَوْمَ الْقِيَامَةِ فَرْدًا
“Tidak ada yang ada di langit dan
bumi kecuali datang kepada Allah dengan sebagai hamba sungguh Allah menghitung
mereka dengan hitungan yang teliti, dan semuanya datang kepadaNya dalam keadaan
sendiri-sendiri. (QS. Maryam: 93-94)
Maka bagi siapa yang ingin
dilapangkan hatinya maka supaya memurnikan ibadah hanya kepada Allah
semata,sehingga kehidupannya menjadi indah dan ini bisa terwaujud jika dia
benar-benar bertawakal dengan sebenar-benarnya tawakal, hasilnya rizkinya akan
di tanggung oleh Allah seperti dalam sabda Rosulullah:
لَوْ أَنَّكُمْ تَوَكَّلْتُمْ عَلَى اللَّهِ حَقَّ تَوَكُّلِهِ لَرَزَقَكُمْ كَمَا يَرْزُقُ الطَّيْرَ تَغْدُو خِمَاصًا وَتَرُوحُ بِطَانًا
“Jika sekirannya kalian tawakal
dengan sebenar-benarnya tawakal sungguhAllah akan memberi rizki kepada kalian
seperti Allah memberi rizki kepada burung yang dalam keadaan lapar di waktu
pagi tapi ketika dia pulang ke sarang waktu sore dia sudah dalam keadaan
kenyang.” [H.R Ahmad, Tirmidzi, An-Nasa’i,
Ibnu Majah, dll ]
Perhatikanlah burung dia tidak
memiliki simpanan makanan tidak punya gudang makanan juga tidak ada uang yang
di Bank namun ketika dia berangkat dalam keadaan perut kosong di pagi hari saat
menjelang sore dia telah memenuhi perutnya dengan makanan,ini semua karena
bimbingan Allah dan rizkinya, dan ini akan di berikan kepada mereka yang
bertawakal kepaNya dengan sebenar-benarnya, maka tidak rugi orang yang
mentauhidkan Allah, berbakti padaNya dan tidak durhaka kepada Allah dengan melakukan
kesyirikan, hasilnya dia mendapat ketenangan jiwa, keluasan hati, penuh cahaya,
dan barokah dalam kehidupannya, yaitu dengan komitmen menjalani kehidupan
dengan berdasarkan bimbingan Allah yang Dia turunkan berupa Alqur’an dan wahyu
yang di berikan kepada Rosulnya berupa Alhadits, Allah telah mempertegas dalam
firmanNya:
وَمَنْ أَعْرَضَ عَن ذِكْرِي فَإِنَّ لَهُ مَعِيشَةً ضَنكًا وَنَحْشُرُهُ يَوْمَ الْقِيَامَةِ أَعْمَى قَالَ رَبِّ لِمَ حَشَرْتَنِي أَعْمَى وَقَدْ كُنتُ بَصِيرًا قَالَ كَذَلِكَ أَتَتْكَ آيَاتُنَا فَنَسِيتَهَا وَكَذَلِكَ الْيَوْمَ تُنسَى
“Barang siapa yang berpaling dari
peringatanku(Alqur’an)maka baginya kehidupan yang sempit dan Kami akan
membangkitkannya di hari kiamat dalam keadaan buta, dia bertanya: wahai robku,
kenapa Engkau bangkitkan saya dalam keadaan buta, padahal kami dulu bisa
melihat, maka Allah menjawab, demikianlah kami datankan kepada kalian ayat-ayat
kami namun engkau melalaikannya, demikianlah hari ini engkau dilupakan.” (Q.s:
Thaha: 124-126)
Ini adalah jaminan dari Allah yaitu
barang siapa yang mengikuti alqur’an dan As-sunnahdalam seluruh
sisi kehidupannya maka Allah menjamin ketenangan dan kebahagian, sebaliknya
yang berpaling dan Alquar’an dan sunah maka Allah menjadikan kehidupan yang
penuh kesempitan. Maka seseorang hendaknya menjaga dirinya dalam jalur
Alqur’an dan assunnah.
Sebab yang lain yang menyebabkan
hatinya menjadi lapang adalah dia mencintai Allah dengan cinta yang
paling besar di banding dengan yang lain siapapun dia, disebutkan dalam
hadits dalam bukhori muslim yaitu menjelaskan tiga perkara yang siapa
mendapatkan 3 perkara ini maka dia akan merasakan manisnya keimanan di dalam
hatinya, yaitu:
1. Dia mencintai Allah dan rosulNya
dengan kcintaan yang paling tinggi.
2. ia mencintai seseorang karena Allah.
3. ia benci di kembalikan ke dalam kekafiran seperti bencinya jika dia dilempar ke dalam neraka.
2. ia mencintai seseorang karena Allah.
3. ia benci di kembalikan ke dalam kekafiran seperti bencinya jika dia dilempar ke dalam neraka.
Allah dan rosulNya paling didengar
dan ditaati, kepentingan apapun jika bertentangan dengan kepentingan Allah
Rosul maka dia mendahulukan Allah dan ROsul sebagai bukti cinta kepadanya,
dengan kecintaan seperti ini akan menciptakan kesejukan di dalam hatinya,
betapa nikmat jika ia mendahulukan Allah dan rosulnya, maka jik ia mencintaiNya
dengan menempuh sebab kecintaan maka dia akan dicintai Allah, hasilnya, bersabda
Rosulullah:
“Barang siapa yang menyakiti waliku
maka sungguh dia telah membuka peperangan denganKu, dan sesuatu yang paling Aku
cintai yang dengannya hamba mendekat kepadaku adalah hamba melaksanakan yang
Aku wajibkan kepadanya, dan jika hamba selalu melakukan amalan yang sunah untuk
mendekatkan kepadaKu sampai Aku mencintai hamba tersebut, jika Aku sudah
mencintainya maka Aku menjadi penengarannya yang dia mendenger dengannya dan
Aku menjadlimata yang dia gunakan untuk melihat dan aku menjadi tangannya yang
dia mengunakannya, dan Aku menjadi kakinya yang dia berjalan dengannya”
Maksudnya Allah bersamanya dalam
setiap keaadaanya, yaitu dengan menolong dan mengawasinya, (bukan berarti Allah
bersama menyatu dengan hamba dan ini adalah salah)
Khutbah kedua
Hadirin sholat jum’at yang yang saya hormati dan saya mulyakan.
Diantara sebab yang menjadikan hati hamba menjadi lapang yaitu hendaklah seseorangmemperbanyak dzikir kepada Allah, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah:
Hadirin sholat jum’at yang yang saya hormati dan saya mulyakan.
Diantara sebab yang menjadikan hati hamba menjadi lapang yaitu hendaklah seseorangmemperbanyak dzikir kepada Allah, sebagaimana yang diperintahkan oleh Allah:
يَا أَيُّهَا الَّذِينَ آمَنُوا اذْكُرُوا اللَّهَ ذِكْرًا كَثِيرًا
“Wahai orang-orang yang beriman
berdzikirlah kepada Allah dengan dzikir yang banyak, dan sucikan dia di setiap
pagi dan siang” (Q.s: al ahzab:41)
Dan firmanNya:
أَلاَ بِذِكْرِ اللَّهِ تَطْمَئِنُّ الْقُلُوبُ
“Ingatlah dengan dzikir hati akan
menjadi tenang” (QS. Ar-Ra’ad: 28 )
Juga firmanNya:
فَاذْكُرُونِي أَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُواْ لِي وَلاَ تَكْفُرُونِ
“Ingatlah, berdzikirlah kepadaku
maka aku akan mengingatmu, dan bersyukurlah kepadaku dan jangan ingkar
kepadaKu” (Q.s Al-Baqarah: 152)
Perhatikanlah kalau seseoran
senantiasa mengingat Allah, maka dia akan selalu mengingatnya sehingga jika dia
mengalami masalah, Dia akan membantunya menyelesaikannya dan membuang dan Allah
mengganti yang lebih baik dengan yang lebih baik sehingga hatinya menjadi
lapang.
Mengangungkan membesarkan dan memuji
Allah adalah kehidupan seorang muslim yang hendaknya dipahami, maka seluruh
hidupnya bisa dimanfaatkan dengan berdzikir kepada Allah, dzikir adalah kalimat
yang sangat ringan diucapkan dalam lisan dan sangat berat di timbangan amal,
bahkan alqur’an dimudahkan untuk berdzikir:
وَلَقَد تَّرَكْنَاهَا
آيَةً فَهَلْ
مِن مُّدَّكِرٍ
“Dan sungguh alqur’an kami mudahkan
untuk berdzikir, maka adakah orang yang mau berdzikir.”(QS.
Al Qomar: 17)
Diantara sebab yang menjadikan hati
menjadi lapang adalah ia banyak bertaubat dan mensucikan diri,
tidak diragukan manusia dalam kehidupannya pasti terjatuh dalam kesalahan,
kelalaian, kelupaan, bahkan dosa. Jangankan kita, rosulullah yang telah
diampuni dosa yang telah dilakukan dan belum dilakukan sewaktu hidupnya, beliau
memperbanyak bertaubat dan beristiqfar dalam sehari sebanyak 100x maka kita
hendaknya lebih butuh lagi untuk meminta ampun mengingat banyaknya dosa yang
kita lakukan. Dengan istigfar Allah menjanjikan kelapangan hati bahkan
dibukakan menfaat dan keutamaan yang lain, Allah menerangkan dalam firmannya:
فَقُلْتُ اسْتَغْفِرُوا رَبَّكُمْ إِنَّهُ كَانَ غَفَّارًا يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَارًا وَيُمْدِدْكُمْ بِأَمْوَالٍ وَبَنِينَ وَيَجْعَل لَّكُمْ جَنَّاتٍ وَيَجْعَل لَّكُمْ أَنْهَارً
“Minta ampunlah kepada robb kalian
sesungguhnya dia maha pengampun, dia akan menurunkan dari langit untuk kalian
hujan yang lebat, dan Dia akan menjadikan kebun dan sungai-sungai yang deras
mengalir.” (Q.s Nuh: 10-12 )
Ayat di atas merupakan janji dari
Allah, sedang para Nabi mengajak dan mengabarkan:
وَيَا قَوْمِ اسْتَغْفِرُواْ رَبَّكُمْ ثُمَّ تُوبُواْ إِلَيْهِ يُرْسِلِ السَّمَاء عَلَيْكُم مِّدْرَارًا وَيَزِدْكُمْ قُوَّةً إِلَى قُوَّتِكُمْ وَلاَ تَتَوَلَّوْاْ مُجْرِمِينَ
“Wahai kaumku mintalah ampun kalian
kepada robb kalian dan bertaubatlah padaNya, dia akan mencurahkan hujan dari
langit dan dia akan menambah kekuatan kalian berlipat-lipat, dan janganlah
mengasihi(menjadikan wali) orang-orang kafir.”
Ini di abadikan oleh Allah dalam surat Hud ayat: 52.
Ini di abadikan oleh Allah dalam surat Hud ayat: 52.
Maka dari sini kita fahami
pentingnnya beristigfar dan bertaubat kepada Allah dalam kehidupan ini, dan
pentingnya introspeksi diri lalu memperbaiki diri dan senantiasa bertaubat
kepada Allah. Mensucikan diri adalah dengan melakukan amalan-amalan yang
dulunya ditinggalkan dari kebaikan, dan membersihkan diri dari dari kemaksiatan
dan dosa yang di lakukan, dan Allah menjanjikan keberuntungan:
وَقَدْ خَابَ مَن دَسَّاهَا قَدْ أَفْلَحَ مَن زَكَّاهَا
“Sungguh beruntung orang-orang yang
mensucikan diri, dan sungguh celaka orang yang terus mengotori dirinya.”
Dan Allah menyebutkan keutamaan
orang-orang yang mendapatkan surga yang mengalir dibawahnya sungai-sungai:
وَمَنْ يَأْتِهِ مُؤْمِنًا قَدْ عَمِلَ الصَّالِحَاتِ فَأُوْلَئِكَ لَهُمُ الدَّرَجَاتُ الْعُلَى جَنَّاتُ عَدْنٍ تَجْرِي مِن تَحْتِهَا الأَنْهَارُ خَالِدِينَ فِيهَا وَذَلِكَ جَزَاء مَن تَزَكَّى
“Barang siapa yang menghadap Allah
dengan keadaan beriman dan berbuat kebaikan maka mereka mendapatkan derajat
yang tinggi berupa surga yang mengalir di bawahnya sungai-sungai dari bawahnya,
mereka kekal di dalamnya dan itu ba;asan bagi orang yang mensucikan diri.” (Q.s
Taha 75-76 )
Karena itu mensucikan diri dan
bertaubat kepada Allah adalah hal yang sangat penting, khususnya di hari ini di
mana banyak musibah yang menjadi peringatan bagi kita semua. Mudah-mudahan kita
dijadikan orang yang selalu bertaubat sehingga termasuk hamba yang mensucikan
diri, sehingga kita semua selamat dari musibah di dunia dan lebih-lebih di
akhirat:
وَمَا كَانَ اللَّهُ لِيُعَذِّبَهُمْ وَأَنتَ فِيهِمْ وَمَا كَانَ اللَّهُ مُعَذِّبَهُمْ وَهُمْ يَسْتَغْفِرُونَ
“Tidaklah Allah menyilksa kaumNya
sedang engkau wahai Muhamad berada di sisi mereka, dan Allah tidaklah menyiksa
mereka dalam keadaan mereka beristiqfar.” (Q.s
Al-Anfal 33)
Juga dengan istigfar akan
menyebabkan datangnya rahmat dari Allah:
“Andaikata kalian beristiqfar kepada
Allah niscaya kalian akan dirahmatiNya.”
Mudah-mudahah kita dijadikan orang
yang selalu beriman kepada Allah bertakwa kepadaNya bertauhid, dan menjadi
hamba yang banyak beristiqfar dan bertaubat, sungguh dosa kita, dan kesalahan
kita sangatlah banyak, dan Allah masih merahmati kita dengan menjalani hari-
hari sebagai bukti rahmatNya, mudah-mudah hari yang tersisa yang akan kita
lewati kita bisa menggunakan untuk selalu bertaubat dan beristilqfar kepadaNya,
karena dekatnya kematian yang akan kita temui, dan kita tahu kapan tapi kita
yakin akan datangnya:
أَيْنَمَا تَكُونُواْ يُدْرِككُّمُ الْمَوْتُ وَلَوْ كُنتُمْ فِي بُرُوجٍ مُّشَيَّدَةٍ
“Dimanapun kalian berada sungguh
kematian akan menemuai kalian walaupun engkau bersembunyi di balik dinding yang
sangat tinggih lagi kokoh.”
Semoga kita diampuni oleh Allah dan
diberi manfaat dari segala kemanfaatan baik yang kita ketahui atau tidak , dan
mudah-mudahan Dia tidak menjadikan malapetaka bagi kita semua.Wallahuta’ala
a’lam bishowab.
Perjalanan Ruh ketika Meninggalkan Dunia
Januari 15, 2008 pada 9:40 pm | Ditulis dalam Khutbah Tertulis | 4 Komentar
Oleh: Abu Muhammad Abdul Mu’thi Al-MaidaniKhutbah yang pertama
Wahai para hamba Allah, sidang jum’at yang dimuliakan oleh Allah . . .
Al-Imam Ahmad, Abu Dawud, An-Nasai, Ibnu Majah, serta yang selainnya, telah meriwayatkan dari hadits Al-Baro’ bin ‘Azib, bahwa suatu ketika para sahabat berada di pekuburan Baqi’ul ghorqod. Lalu Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mendatangi mereka. Beliau pun duduk. Sementara para sahabat duduk disekitarnya dengan tenang tanpa mengeluarkan suara, seakan-akan di atas kepala mereka ada burung. Beliau sedang menanti penggalian kubur seorang yang baru saja meninggal.
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Ini menunjukkan bahwa tatkala seorang hamba berada di pekuburan, dituntunkan kepadanya untuk bersikap tenang, diam, hening, dan tidak mengucapkan dzikir-dzikir dengan suara yang keras. Terlebih lagi berbicara mengenai urusan-urusan dunia yang fana. Dalam suasana yang seperti ini, hendaknya dia berpikir tentang kematian yang akan menimpa setiap manusia tanpa terkecuali. Sudahkah dia berbekal diri untuk menghadapinya. Ini membutuhkan perenungan yang dalam, sehingga melahirkan keimanan, ketakwaan, dan amal sholeh yang diterima disisi Allah.
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengangkat kepalanya dan mengucapkan:
أعوذ بِاللّهِ مِنْ عَذَابِ الْقَبْر
“Aku berlindung kepada Allah dari adzab kubur.”
Beliau mengucapkannya sebanyak tiga kali. Setelah itu, beliau shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Sesungguhnya bila seorang yang mukmin menghadap ke alam akhirat dan meninggalkan alam dunia, turun kepadanya sejumlah malaikat berwajah putih yang seolah-olah seperti matahari. Mereka membawa sebuah kain kafan dan minyak wangi dari surga. Mereka pun duduk di dekatnya sejauh mata memandang. Lalu datanglah malaikat pencabut nyawa dan duduk di dekat kepalanya. Malaikat pencabut nyawa berkata:
يَا أَيَّتُهَا النَّفْسُ الطيبة، أخرجي إلي مغفرة من الله و رضوان
“Wahai jiwa yang baik, keluarlah engkau kepada keampunan dan keridhoan Allah Subhanahu wa Ta’ala.”
Maka nyawanya keluar dan mengalir seperti air yang mengucur dari mulut wadah. Lalu malaikat pencabut nyawa mengambilnya. Nyawanya tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangan malaikat pencabut nyawa dan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah putih tadi. Kemudian mereka meletakkannya pada kain kafan dan minyak wangi surga yang telah mereka bawa. Maka nyawanya mengeluarkan aroma minyak wangi misik yang paling terbaik di muka bumi. Lalu mereka menyertainya untuk naik ke langit. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu akan bertanya: “Siapakah nyawa yang baik ini?” Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan”, dan disebutkan namanya yang paling terbaik ketika mereka memanggilnya di dunia.
Tatkala mereka telah sampai membawanya kelangit, mereka meminta agar pintu langit dibukakan untuknya. Maka dari setiap langit dia diiringi oleh para penjaganya sampai ke langit berikutnya. Demikianlah yang akan terjadi hingga dia sampai ke langit yang disana ada Allah. Maka Allah berfirman:
اكتبوا كتاب عبدي في عليين, و أعيدوه إلى الأرض, فإني منها خلقتهم, وفيها أعيدهم, و منها أخرجهم تارة أخرى
“Catatlah oleh kalian bahwa hambaku (ini) berada di surga ‘illiyyin, dan (sekarang) kembalikanlah dia ke muka bumi. Sungguh darinya Aku telah menciptakan mereka, dan padanya Aku akan mengembalikan mereka, serta darinya pula Aku akan mengeluarkan mereka sekali lagi”.
Kemudian nyawanya dikembalikan ke dalam jasadnya. Lalu datanglah dua orang malaikat kepadanya. Keduanya bertanya, siapa Rabbmu? Maka dia menjawab, Rabbku adalah Allah. Keduanya kembali bertanya, apa agamamu? Maka dia menjawab, agamaku adalah islam. Keduanya kembali bertanya, siapa orang yang telah diutus di tengah kalian ini? Maka dia menjawab, beliau adalah utusan Allah. Keduanya kembali bertanya, siapakah yang telah mengajarimu? Maka dia menjawab, aku membaca kitab Allah, beriman kepadanya dan membenarkannya.
Kemudian terdengarlah suara yang menyeru dari langit, “Hambaku ini telah benar. Bentangkanlah untuknya permadani dari surga dan bukakanlah sebuah pintu ke surga”.
Maka harum wangi surga pun menerpanya dan kuburnya diperluas sejauh mata memandang. Lalu datang kepadanya seorang yang bagus wajahnya, pakainnya, dan harum wanginya. Orang itu berkata, bergembiralah dengan segala yang akan menyenangkanmu. Ini adalah hari yang dahulu engkau telah dijanjikan. Maka si mukmin bertanya kepadanya, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa kebaikan.” Dia pun menjawab, “Aku adalah amalmu yang sholih.” Lalu si mukmin berkata, “Wahai Rabbku! Segerakanlah hari kiamat agar aku kembali kepada keluarga dan hartaku”.
Selanjutnya, Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam bersabda:
“Adapun bila seorang yang kafir meninggalkan alam dunia dan menghadap ke alam akhirat, turun kepadanya dari langit sejumlah malaikat yang berwajah hitam legam. Mereka membawa sebuah kain kafan yang buruk dan kasar. Mereka pun duduk di dekatnya sejauh mata memandang. Lalu datanglah malaikat pencabut nyawa dan duduk di dekat kepalanya. Malaikat pencabut nyawa berkata,
“Wahai jiwa yang buruk, keluarlah engkau kepada kemurkaan dan kemarahan Allah”.
Maka nyawanya tercerai berai di dalam jasadnya. Kemudian malaikat pencabut nyawa merenggut nyawanya seperti mencabut besi pemanggang daging dari bulu domba yang basah. Setelah malaikat pencabut nyawa mengambilnya, tidak dibiarkan sekejap mata pun berada di tangannya dan segera diambil oleh para malaikat yang berwajah hitam legam tadi. Lalu mereka meletakkannya pada kain kafan (yang telah mereka bawa) itu. Sehingga keluarlah dari nyawanya seperti bau yang sangat busuk di atas muka bumi.
Kemudian mereka naik bersamanya. Tidaklah mereka melewati sekumpulan malaikat melainkan para malaikat itu akan bertanya, siapakah nyawa yang buruk ini? Mereka menjawab: “Ini adalah Fulan bin Fulan” dan disebutkan namanya yang paling terburuk ketika mereka memanggilnya di dunia.
Kemudian mereka membawanya naik sampai ke langit dunia dan dimintakan agar pintu langit di bukakan untuknya. Namun pintu langit tidak dibukakan untuknya”.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang berbunyi,
لَا تُفَتَّحُ لَهُمْ أَبْوَابُ السَّمَاءِ وَلَا يَدْخُلُونَ الْجَنَّةَ حَتَّى يَلِجَ الْجَمَلُ فِي سَمِّ الْخِيَاطِ
“Tidak akan dibukakan bagi mereka pintu-pintu langit dan mereka tidak akan masuk surga sampai onta bisa masuk ke dalam lubang jarum.” (QS. Al-A’rof: 40)
Selanjutnya Allah Azza wa jalla berfirman,
“Catatlah oleh kalian bahwa ketetapannya berada di (neraka) Sijjiin, di bumi yang paling bawah”.
Setelah itu, nyawanya benar-benar dilemparkan. Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam membaca ayat yang berbunyi,
“Barangsiapa yang berbuat syirik kepada Allah, Maka dia seolah-olah jatuh dari langit lalu disambar oleh burung, atau diterbangkan oleh angin ke tempat yang jauh”. (surat Al Hajj:ayat 31)
Demikianlah, nyawanya dikembalikan kedalam jasadnya. Maka dua orang malaikat mendatanginya lalu mendudukkannya. Keduanya bertanya, “Siapa Rabbmu?” Dia menjawab, “Hah.. hah..aku tidak tahu”. Keduanya kembali bertanya, “Siapa orang yang telah diutus ditengah kalian ini?” Dia menjawab, “Hah..hah..aku tidak tahu.” Kemudian terdengarlah suara yang menyeru dari langit, “Dia telah berdusta, bentangkanlah untuknya permadani dari api neraka dan bukakanlah sebuah pintu ke neraka.” Sehingga hawa panas dan racun neraka pun menerpanya dan kuburnya dipersempit sampai tulang-tulang rusuknya saling bergeser. Lalu datang kepadanya seorang yang buruk wajahnya, pakainnya, dan busuk baunya. Orang itu berkata, “Bergembiralah dengan segala yang akan memperburuk keadanmu. Ini adalah hari yang dahulu engkau telah dijanjikan.” Maka si kafir bertanya, “Siapakah engkau? Wajahmu adalah wajah yang datang dengan membawa keburukan.” Dia pun menjawab, “Aku adalah amalmu yang buruk.” Lalu si kafir berkata, “Wahai Rabbbku! Janganlah engkau datangkan hari kiamat”.
Hadits ini dishahihkan oleh Syaikh Al-Albani rahimahullah di dalam kitabnya “Ahkamul Janaiz” (hal. 156-157) dan tahqiq beliau terhadap “Syarh Aqidah Thahawiyyah” (hal. 397-398).
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Inilah keadaan seorang yang mukmin dan seorang yang kafir tatkala meninggalkan alam dunia dan masuk ke dalam alam akhirat yang dimulai dengan alam barzakh (alam kubur). Wallahu a’lam bi showab
Khutbah yang kedua
Wahai para hamba Allah, sidang jum’at yang dimuliakan oleh Allah . . .
Ketika manusia meninggalkan alam dunia bukan berarti urusannya telah selesai. Dia akan mengalami alam kedua yaitu alam barzakh (alam kubur). Alam ini merupakan pintu masuk ke dalam alam akhirat yang sesungguhnya. Disebut dengan alam barzakh, karena makna barzakh adalah penutup atau perantara bagi dua perkara. Maka alam barzakh adalah alam di antara alam dunia dan alam akhirat. Di alam barzakh, manusia akan mengalami berbagai masalah yang menandakan bahwa urusannya belum selesai dengan semata-mata meninggalkan alam dunia. Saat melewati alam barzakh, pertama kali yang akan dihadapinya adalah pertanyaan dua malaikat di dalam kuburnya, sebagaimana di dalam hadits Al Baro` bin ’Azib yang terdahulu. Maka keberhasilannya di alam barzakh, mendapat kebaikan atau keburukan, akan tergantung dengan kemampuannya dalam menjawab pertanyaan dua malaikat itu.
Perlu diingat, bahwa di alam barzakh, jasad manusia tidak akan mampu untuk menjawabnya. Yang akan menjawabnya adalah ruh dan jiwa manusia yang telah diisi saat di alam dunia dengan kebaikan atau keburukan. Adapun seorang yang mukmin niscaya akan dimudahkan oleh Allah untuk bisa menjawab pertanyaan kubur yaitu tentang siapa Rabmu, apa agamamu, dan siapa nabimu. Itulah yang Allah maksudkan dengan firman-Nya:
يُثَبِّتُ اللَّهُ الَّذِينَ آَمَنُوا بِالْقَوْلِ الثَّابِتِ فِي الْحَيَاةِ الدُّنْيَا وَفِي الْآَخِرَةِ
“Allah meneguhkan (iman) orang-orang yang beriman dengan ucapan yang teguh itu dalam kehidupan di dunia dan di akhirat.” (Ibrahim: 27)
Hadits ini menunjukkan bahwa seorang yang mukmin akan mampu mengucapkan dua kalimat syahadat “La ilaha illallah wa anna Muhammadan Rasulullah”, baik ketika di dunia maupun di akhirat.
Tatkala seorang hamba menghadapi pertanyaan dua malaikat ini, maka dia akan menjawabnya sesuai dengan amal perbuatannya sewaktu di dunia. Oleh sebab itu, seorang hamba yang berbuat dosa-dosa besar dan tidak bertaubat darinya, sangat mungkin disiksa oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala di dalam kuburnya, walaupun dia seorang yang mukmin.
Telah datang sebuah hadits dari sahabat ‘Abdullah bin Abbas radhiyallahu ‘anhuma, bahwa Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam pernah melewati dua kuburan, lalu beliau bersabda:
”Orang-orang yang berada di dalam dua kubur ini, sungguh sedang disiksa. Dan tidaklah keduanya disiksa karena suatu masalah yang besar. Adapun salah satu dari keduanya, dahulu tidak mau menjaga diri dari air kencing. Sedangkan yang lain, dahulu biasa berjalan untuk mengadu domba”. (HR. Al-Bukhari dan Muslim)
Ma’asyirol muslimin rahimakumullah…
Hadits ini menunjukkan kepada kita sekalian bahwa dua orang yang disiksa di dalam kuburnya itu dikarenakan dosa-dosa besar. Berarti yang disiksa oleh Allah di alam kubur bukan karena kekafiran saja tetapi juga karena dosa-dosa besar.
Nasalullah salamah wal ‘afiah.
Kemudian Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam mengambil sebuah pelepah kurma yang masih basah dan membelahnya menjadi dua bagian. Beliau meletakkannya di masing-masing dua kubur ini dengan harapan semoga Allah Subhanahu wa Ta’ala memperingan siksa keduanya, selama pelepah kurma itu masih basah dan belum kering.
Kita memohon kepada Allah Subhanahu wa Ta’ala, semoga kita dimudahkan untuk menjawab pertanyaan kubur dan diselamatkan dari siksanya.
Wallahu a’lam bis shawab.
Bukti-Bukti Cinta kepada Sang Nabi
ان الحمد لله الذى أرسل رسوله بالهدى ودين الحق
ليظهره على الدين كله. أرسله بشيرا ونذيرا وداعيا الى الله باذنه وسراجا منيرا.
أشهد ان لا اله الا الله وحده لا شريك له. شهادة اعدها للقائه ذخرأ. واشهد ان محمدا
عبده و رسوله. ارفع البرية قدرا. اللهم صل وسلم وبارك على سيدنا محمد وعلى أله
وأصحابه وسلم تسليما كثيرا. أما بعد. فياأيها الناس اتقوالله حق تقاته ولاتموتن
الا وأنتم مسلمون.
Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Dalam kesempatan yang mulia ini,
marilah kita terus-menerus meningkatakan keimanan dan ketaqwaan kepada Allah
Swt., dengan melaksanakan segala perintah-perintah-Nya dan menjauhi segala
larangan-larangan-Nya, sebab hanya degan iman dan taqwa yang sesungguhnya,
kebahagiaan dan keselamatan dunia sampai akhirat akan kita miliki.
Mudah-mudahan kita termasuk dalam golongan hamba Allah yang mendapat rida-Nya
dan senantiasa dalam rahmat sertalindungan-Nya, bahagia dunia dan akhirat,
amin.
Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Kita telah memasuki bulan yang
bersejarah yakni bulan dimana Rasulullah Saw. Dilahirkan, Rasul pembawa ajaran
terkhir, yang mengeluarkan manusia dari gelap gulita kekafiran dan
menyelamatkannya dari tepi jurang neraka. Unuk itu sudah seharusnya kita
tergugah untuk memperingatinya dengan bentuk amal saleh sebagai ungkapan cinta
kita kepada Rasulullah Saw.
Sebagai umat Muhammad Saw. yang
mencintai beliau, sudah sepantasnya jika hari kelahiran baginda Nabi Saw. Ini,
kita merayakan dan memperingatinya dengan kegiatan yang sesuai dengan anjuran
syariat Islam sebagai bukti cinta kita kepada beliau. Dan bukan sebalaiknya,
memperingati maulid dengan kemaksiatan dan kemungkaran yang bertolak belakang,
kata cinta kepada beliau. Peringatan malid Nabi hendaklah dijadikan momentum
penyelenggaraan kecintaan dan ketaatan pada ajaran yang di bawa oleh beliau.
Allah Swt. Berfirman:
قُلْ إِنْ كُنْتُمْ تُحِبُّونَ اللهَ فَاتَّبِعُوني يُحْبِبْكُمُ
اللهُ وَ يَغْفِرْ لَكُمْ ذُنُوبَكُمْ وَ اللهُ غَفُورٌ رَحيمٌ قُلْ
أَطيعُوا اللهَ وَ الرَّسُولَ فَإِنْ تَوَلَّوْا فَإِنَّ اللهَ لا يُحِبُّ
الْكافِرينَ
Artinya:
“katakanlah,
‘jika kamu (benar-benar) mencintai Allah, ikutilah aku niscaya Allah mengasihi
dan mengampuni dosa-dosamu, Allah Maha Pengampun lagi Maha Penyayang.’
Katakanlah, ‘Taatilah Allah dan Rasul-Nya, jika kamu berpaling maka
sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang kafir.” (QS. Ali-Imron:
31-32)
Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Manifestasi cinta kepada Rasulullah
Saw. Agaknya memerlukan penyelenggaraan kembali pada akhir-akhir ini, sebab
merupakan tuntunan ajaran agama yang harus dijaga kemurniannya, jangan sampai
diarahkan kepada hal-hal yang menyimpang. Hal ini penting untuk diingat, sebab
pada akhir-akhir ini terliahat gejala-gejala yang perlu mendapat perhatian dan
pelurusan, diantarnya, bentuk kegiatan peringatan maulid yang hanya sekedar
kegiatan rutinitas untuk menghabiskan anggaran biaya yang sangat besar tanpa
disemangati kecintaan kepada Rasulullah,sehingga bentuk-bentuk peringatannya
terkadang menyimpang jauh, bahkan bertentangan dengan logika kecintaan kepada
beliau.
Ketika kita mengadakan peringatan
mauid Nabi Muhammad Saw. Untuk itu, nilai ritual yang ada didalamnya harus
mencerminkan logika kecintaan kepada beliau, bukan yang kontradiktif dengan
logika cinta. Perhatikan hadits yang diriwayatkan oleh sahabat Anas r.a.
berikut ini:
عن أنس رضي الله عنه عن النبي صلى الله عليه
وسلم أنه قال: من أحب سنتى فقد أحبنى ومن أحبنى كان معى فى الجنة.
Artinya:
“Diriwayatkan
dari Anas r.a., dari Rasulullah Saw., bahwa beliau bersabda, barang siapa
mencintai sunnahku maka sungguh ia telah mencintai aku, maka ia bersamaku di
surga”
Di dalam kitab
durrotun Nasihin di jelaskan:
فمن أحب أن ينال رؤية النبي عليه الصلاة والسلام
فليحبه حبا شديدا وعلامة الحب الاطاعة فى السنته السنية واكثار الصلاة عليه لأن
النبي صلى الله عليه وسلم قال من أحب شيئا اكثر من ذكره
Artinya:
“Maka barang siapa menginginkan
dapat melihat Rasulullah Saw., hendaklah ia mencintai beliau dengan kecintaan
yang sungguh. Adapun tanda-tanda cinta Rasul itu adalah mengikuti Sunnah beliau
yang mulia dan memperbanyak berselawat untuk beliau, sebab Rasulullah Saw,
telah bersabda, ‘barang siapa mencintai sesuatu, maka ia tentu banyak
menyebutnya,”
Hadirin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Mecermati hadis di atas, dapatlah
kita ketahui bahwa inti dari cinta kepada Rasulullah Saw. Adalah mengikuti dan
meneladani sunnah-sunnah beliau dan memperbanyak membaca selawat kepada beliau.
Dengan kata lain, ungkapan rasa cinta kepada beliau harus diaktualisasikan
dalam bentuk sikap dan perbuatan yang berorientasi kepada nilai religi, bukan
sebatas formalitas belaka. Karena ujung dari rasa cinta itu adalah peningkatan
kualitas diri dalam pengamalan ajaran agama yang dibawa oleh beliau.
Pengakuan cinta kepada beliau
haruslah disertai perbuatan yang mencerminkan kecintaan kepada beliau,bila
tidak, maka sama saja cinta itu bohong adanya. Perhatikan pernyataan salah
seorang waliyullah Hatim Az Zahid berikut ini:
من ادعى حب النبي صلى الله عليه وسلم من غير
اتباع السنة فهو كذاب
Artinya:
“Barang
siapa mengaku cinta Rasulullah Saw.tanpa mau mengikuti perilaku beliau, maka ia
adalah seorang pembohong.”
Hadrin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Oleh karena itu, bulan Rabiul Awal
ini kita jadikan momentum untuk menyegarkan kecintaan kita kepada beliau,
sekaligus mentaati dan mengikuti sunnah-sunnah beliau. Hal ini sangat refleksi
dari cinta Rasul yang sesungguhnya, agar kelak kita memperoleh syafaat beliau
yang artinya:
“diriwayatkan dari Aisyah.r.a., dia
berkata, ‘barang siapa mencintai Rasulullah Saw., maka ia memperbanyak membaca
selawat untuk belaiu. Adapun buahnya adalah memperoleh syafaat beliau dan dapat
dan dapat menyertai beliau di surga’”
Allah Swt. Berfirman:
مَنْ
يُطِعِ الرَّسُولَ فَقَدْ أَطَاعَ اللَّهَ وَمَنْ تَوَلَّى فَمَا أَرْسَلْنَاكَ
عَلَيْهِمْ حَفِيظًا
Artinya:
“Barang
siapa yang menaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah menaati Allah. Dan barang
sia yang berpaling dari (ketaatan itu), maka kami tidak mengutusmu untuk
menjadi pemelihara bagi mereka.” (QS. An-Nisa’: 80)
Hadrin Jamaah Jum’at Rahimakumullah
Semoga peringatan demi peringatan
maulid Nabi Saw. Yang diselenggarakan oleh kaum muslimin, benar-benar merupakan
ekspresi kecitaan kepada beliau, dengan kesediaan penuh untuk menaati dan
mengikuti sunnah-sunnah beliau, sehingga kita akan mendapatkan syafa’at beliau,
dan dapat bersama orang yang kita cintai itu di dalam surga, amin.
بَارَكَ اللهُ لِيْ وَلَكُمْ فِيْ اْلقُرْآنِ
اْلعَظِيْمِ وَنَفَعَنِي وَإيَّاكُمْ ِبمَا ِفيْهِ مِنَ اْلآياَتِ وَالذكْر
ِالْحَكِيْمِ وَتَقَبَّلَ مِنِّي وَمِنْكُمْ تِلاَوَتَهُ إنَّهُ هُوَ السَّمِيْعُ
اْلعَلِيْمُ
Khotbah Kedua
اَلْحَمْدُ
للهِ عَلىَ اِحْسَانِهِ وَالشُّكْرُ لَهُ عَلىَ تَوْفِيْقِهِ وَاِمْتِنَانِهِ.
وَاَشْهَدُ اَنْ لاَ اِلَهَ اِلاَّ اللهُ وَاللهُ وَحْدَهُ لاَ شَرِيْكَ لَهُ
وَاَشْهَدُ اَنَّ سَيِّدَنَا مُحَمَّدًا عَبْدُهُ وَرَسُوْلُهُ الدَّاعِى اِلىَ
رِضْوَانِهِ. اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ وِعَلَى اَلِهِ
وَاَصْحَابِهِ وَسَلِّمْ تَسْلِيْمًا كِثيْرًا
اَمَّا بَعْدُ فَياَ اَيُّهَا النَّاسُ اِتَّقُوااللهَ فِيْمَا
اَمَرَ وَانْتَهُوْا عَمَّا نَهَى
وَاعْلَمُوْا
اَنَّ اللهّ اَمَرَكُمْ بِاَمْرٍ بَدَأَ فِيْهِ بِنَفْسِهِ وَثَـنَى بِمَلآ
ئِكَتِهِ بِقُدْسِهِ وَقَالَ تَعاَلَى اِنَّ اللهَ وَمَلآ ئِكَتَهُ يُصَلُّوْنَ
عَلىَ النَّبِى يآ اَيُّهَا الَّذِيْنَ آمَنُوْا صَلُّوْا عَلَيْهِ وَسَلِّمُوْا تَسْلِيْمًا.
اللهُمَّ صَلِّ عَلَى سَيِّدِنَا مُحَمَّدٍ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلِّمْ
وَعَلَى آلِ سَيِّدِناَ مُحَمَّدٍ وَعَلَى اَنْبِيآئِكَ وَرُسُلِكَ وَمَلآئِكَةِ
اْلمُقَرَّبِيْنَ وَارْضَ اللّهُمَّ عَنِ اْلخُلَفَاءِ الرَّاشِدِيْنَ اَبِى
بَكْرٍوَعُمَروَعُثْمَان وَعَلِى وَعَنْ بَقِيَّةِ الصَّحَابَةِ وَالتَّابِعِيْنَ
وَتَابِعِي التَّابِعِيْنَ لَهُمْ بِاِحْسَانٍ اِلَىيَوْمِ الدِّيْنِ وَارْضَ
عَنَّا مَعَهُمْ بِرَحْمَتِكَ يَا اَرْحَمَ الرَّاحِمِيْنَ
اَللهُمَّ اغْفِرْ لِلْمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَاْلمُسْلِمَاتِ اَلاَحْيآءُ مِنْهُمْ وَاْلاَمْوَاتِ اللهُمَّ
اَعِزَّ اْلاِسْلاَمَ وَاْلمُسْلِمِيْنَ وَأَذِلَّ الشِّرْكَ وَاْلمُشْرِكِيْنَ
وَانْصُرْ عِبَادَكَ اْلمُوَحِّدِيَّةَ وَانْصُرْ مَنْ نَصَرَ الدِّيْنَ وَاخْذُلْ
مَنْ خَذَلَ اْلمُسْلِمِيْنَ وَ دَمِّرْ اَعْدَاءَالدِّيْنِ وَاعْلِ كَلِمَاتِكَ
اِلَى يَوْمَ الدِّيْنِ. اللهُمَّ ادْفَعْ عَنَّا اْلبَلاَءَ وَاْلوَبَاءَ
وَالزَّلاَزِلَ وَاْلمِحَنَ وَسُوْءَ اْلفِتْنَةِ وَاْلمِحَنَ مَا ظَهَرَ مِنْهَا
وَمَا بَطَنَ عَنْ بَلَدِنَا اِنْدُونِيْسِيَّا خآصَّةً وَسَائِرِ اْلبُلْدَانِ
اْلمُسْلِمِيْنَ عآمَّةً يَا رَبَّ اْلعَالَمِيْنَ. رَبَّنَا آتِناَ فِى
الدُّنْيَا حَسَنَةً وَفِى اْلآخِرَةِ حَسَنَةً وَقِنَا عَذَابَ النَّارِ.
رَبَّنَا ظَلَمْنَا اَنْفُسَنَاوَاِنْ لَمْ تَغْفِرْ لَنَا وَتَرْحَمْنَا
لَنَكُوْنَنَّ مِنَ اْلخَاسِرِيْنَ. عِبَادَاللهِ ! اِنَّ اللهَ يَأْمُرُنَا
بِاْلعَدْلِ وَاْلاِحْسَانِ وَإِيْتآءِ ذِى اْلقُرْبىَ وَيَنْهَى عَنِ اْلفَحْشآءِ
وَاْلمُنْكَرِ وَاْلبَغْي يَعِظُكُمْ لَعَلَّكُمْ تَذَكَّرُوْنَ
وَاذْكُرُوااللهَ
اْلعَظِيْمَ يَذْكُرْكُمْ وَاشْكُرُوْهُ عَلىَ نِعَمِهِ يَزِدْكُمْ وَلَذِكْرُ
اللهِ اَكْبَرْ